Kerang kupang merupakan salah satu jenis kerang laut yang telah lama dikenal di Indonesia, khususnya oleh masyarakat pesisir Jawa Timur. Kupang dikenal sebagai bahan utama dalam sajian kuliner tradisional yang disebut lontong kupang, sebuah makanan khas daerah yang populer di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Cita rasanya yang unik dan keberadaannya yang khas membuat makanan ini sulit ditemukan di luar wilayah tersebut, sehingga menjadi ikon kuliner lokal yang memiliki nilai budaya tersendiri.
Secara biologis, kerang kupang hidup di dasar perairan dangkal seperti muara sungai dan pesisir berlumpur, dengan cara membenamkan sebagian cangkangnya ke dalam lumpur atau pasir. Beberapa spesies kerang, termasuk kupang, memiliki alat bernama byssus—semacam serat halus yang berfungsi seperti otot—yang memungkinkan mereka menempel kuat pada substrat atau permukaan keras di dasar laut. Karakteristik ini memudahkan nelayan untuk mengenali dan mengumpulkan kerang-kerang tersebut di habitat aslinya.
Kerang kupang kini menjadi salah satu komoditas perikanan penting di wilayah Jawa Timur. Aktivitas pencarian dan pengolahannya menjadi sumber penghasilan utama bagi banyak nelayan setempat. Meski proses penangkapan, pembersihan, dan pengolahan daging kupang memerlukan modal, waktu, dan tenaga yang besar, permintaan pasar terhadap produk ini tetap tinggi. Hal ini membuat industri kupang terus berkembang sebagai sektor ekonomi rakyat yang potensial, terlebih dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap kuliner lokal dan produk laut yang kaya protein.
Klasifikasi Ilmiah Kerang Kupang
Kerang kupang merupakan salah satu jenis moluska laut yang tergolong dalam kelas Bivalvia, yaitu hewan bercangkang dua yang hidup di perairan laut maupun tawar. Secara ilmiah, kerang ini memiliki klasifikasi sebagai berikut:
- Kerajaan : Animalia
- Filum : Mollusca
- Kelas : Bivalvia
- Subkelas : Heterodonta
- Ordo : Mytiloida
- Famili : Mytilidae
- Subfamili : Mytilinae
- Genus : Mytilus
- Spesies : Mytilus edulis
Namun, penting untuk dicatat bahwa di Indonesia, terutama di wilayah Jawa Timur, kerang kupang yang umum dikonsumsi sering kali dikaitkan dengan genus Musculista, misalnya Musculista senhousia, yang juga termasuk dalam famili Mytilidae. Hal ini menunjukkan adanya variasi lokal dan taksonomi yang bisa berbeda tergantung spesies yang dominan di suatu daerah.
Morfologi dan Ciri Fisik
Kerang kupang memiliki cangkang berukuran relatif kecil, dengan panjang maksimal sekitar 30–35 mm. Cangkangnya terdiri dari dua bagian (valva) yang simetris dan saling berengsel, memungkinkan kerang membuka dan menutup untuk makan atau perlindungan. Bentuk cangkang pipih dan agak menggembung pada bagian umbo (puncak cangkang), tipis namun cukup elastis. Warna cangkang bervariasi dari hijau kekuningan hingga hijau tua, dengan bercak-bercak cokelat atau guratan zig-zag berwarna kecokelatan di sekitar area engsel dan umbo.
Permukaan cangkangnya biasanya halus, meskipun bisa tertutup lumpur atau substrat lain dari lingkungan sekitar. Karena sifat cangkangnya yang tipis, kerang kupang cenderung membutuhkan perlindungan tambahan dari lingkungannya.
Struktur Bysus dan Adaptasi Lingkungan
Salah satu ciri khas kerang kupang adalah adanya struktur yang disebut bysus, yaitu benang-benang halus seperti serabut yang berfungsi untuk menempelkan tubuh kerang pada substrat dasar perairan seperti pasir, lumpur, atau bebatuan. Bysus ini tersusun dari serat protein yang kuat dan fleksibel, memungkinkan kerang bertahan di perairan yang memiliki arus sedang hingga kuat.
Di alam, bysus membentuk lapisan mirip kokon di sekitar cangkang yang berfungsi sebagai perlindungan tambahan terhadap predator dan perubahan lingkungan. Lapisan ini sering tampak seperti rambut-rambut halus berwarna gelap yang menyelimuti kerang. Adaptasi ini membuat kupang mampu hidup berkoloni dalam jumlah besar, menciptakan komunitas padat di daerah pesisir berlumpur—suatu kondisi yang sangat mendukung populasi kerang kupang di pesisir Jawa Timur.
Habitat dan Pola Hidup Kerang Kupang
Kerang kupang (Mytilidae) merupakan biota laut yang umum ditemukan di perairan pesisir dangkal, terutama di wilayah berlumpur dan berpasir. Populasinya cenderung melimpah di perairan yang kaya nutrien dan memiliki kadar salinitas yang stabil. Kerang ini hidup secara bergerombol dengan cara menempel pada substrat atau membenamkan sebagian tubuhnya ke dalam dasar lumpur atau pasir secara vertikal. Hanya bagian posterior tubuh, khususnya siphon, yang muncul ke permukaan untuk menyedot air dan menyaring partikel makanan seperti plankton dan detritus.
Habitat favorit kerang kupang adalah perairan pantai dengan substrat pasir berlumpur, meskipun spesies ini memiliki toleransi lingkungan yang tinggi. Ia dapat hidup di berbagai jenis substrat—keras maupun lunak—dan ditemukan di kedalaman hingga 20 meter. Substrat keras yang disukai meliputi kayu, batuan, atau bahkan cangkang kerang lain. Sementara substrat lunak biasanya berupa pasir halus atau sedang. Pola ini menunjukkan kemampuan adaptif kerang kupang dalam memanfaatkan lingkungan sekitar untuk bertahan hidup dan berkembang biak secara efektif.
Daya Sebar dan Kemampuan Kolonisasi
Salah satu keunggulan ekologis kerang kupang adalah kemampuannya sebagai spesies kolonial yang cepat menyebar. Kerang ini dikenal memiliki fekunditas tinggi—artinya mampu menghasilkan telur dalam jumlah besar. Pertumbuhannya pun cepat dan masa hidup larva yang singkat mempercepat proses pematangan populasi. Karakteristik ini menjadikannya sebagai spesies "invader" atau penakluk habitat yang sukses, karena dapat dengan mudah menguasai wilayah baru, khususnya ekosistem pesisir yang terganggu atau mengalami perubahan lingkungan.
Kerang kupang juga mampu hidup dalam kondisi perairan yang bervariasi, mulai dari estuaria yang terkena pasang surut, hingga daerah semi-tertutup seperti tambak dan muara. Kemampuan menempel pada berbagai permukaan membuat kerang kupang sering ditemukan dalam jumlah besar di daerah pelabuhan, tiang pancang, atau permukaan keras lainnya yang terendam air laut. Perilaku kolonisasi ini menjadi perhatian tersendiri dalam pengelolaan lingkungan pesisir, baik dari sisi ekologi maupun ekonomi.
Reproduksi dan Siklus Hidup
Kerang kupang memiliki sistem reproduksi yang dioecious, yaitu individu jantan dan betina terpisah. Pemijahan atau pelepasan sel kelamin biasanya terjadi secara serempak, terutama saat awal musim kemarau atau menjelang akhir musim hujan. Telur dan sperma dilepaskan ke kolom air, kemudian terjadi pembuahan secara eksternal. Tahap awal perkembangan berlangsung dalam bentuk larva planktonik, yang melayang bebas di perairan selama sekitar 55 hari.
Selama fase larva ini, kupang berpindah-pindah mengikuti arus laut, sebelum akhirnya mengalami metamorfosis menjadi bentuk juvenil dan menetap di dasar perairan. Dalam waktu sembilan bulan, kerang kupang mencapai kematangan seksual dan siap bereproduksi. Umur hidupnya diperkirakan mencapai dua tahun dalam kondisi lingkungan yang ideal. Siklus hidup yang relatif cepat ini berkontribusi pada laju pertumbuhan populasi yang tinggi dan menjadikannya sebagai komoditas laut yang potensial, baik untuk konsumsi maupun budidaya.

Mekanisme Makan Kerang Kupang
Kerang kupang termasuk dalam kelompok suspension feeder, yaitu organisme yang memperoleh makanannya dengan cara menyaring partikel halus dari air laut. Mekanisme makan ini dimulai ketika kerang kupang mengalirkan air melalui siphon, saluran yang menghubungkan tubuhnya dengan lingkungan eksternal. Air yang masuk melalui siphon ini kemudian mengalir menuju insang kerang, yang berfungsi ganda sebagai alat untuk respirasi dan filtrasi.
Pada insang, terdapat lapisan-lapisan halus yang mampu menangkap jasad renik, bahan organik, serta organisme planktonik yang terlarut dalam air. Partikel-partikel tersebut akan terperangkap di permukaan insang dan kemudian dipindahkan ke dalam rongga mulut untuk dicerna. Dengan cara ini, kerang kupang menyaring bahan-bahan yang sangat kecil, seperti fitoplankton, zooplankton, dan detritus organik lainnya, yang sangat melimpah di perairan pesisir.
Mekanisme penyaringan ini sangat efisien, terutama di ekosistem pesisir yang kaya dengan materi tersuspensi seperti plankton dan bahan organik. Selain itu, karena kemampuan filtrasi yang tinggi, kerang kupang memainkan peran penting dalam menjaga kualitas perairan. Mereka tidak hanya membantu mengurangi kekeruhan air dengan menyaring partikel-partikel, tetapi juga berkontribusi pada daur ulang zat organik yang terdapat di dasar laut, memastikan ekosistem laut tetap sehat dan seimbang. Dalam konteks ini, kerang kupang dapat dianggap sebagai "filter alami" yang berfungsi meningkatkan kualitas ekosistem perairan tempat mereka hidup.
Teknik Penangkapan Tradisional
Di wilayah pesisir Jawa Timur, terutama di Surabaya dan Sidoarjo, kerang kupang ditangkap oleh nelayan dengan metode tradisional yang telah diwariskan secara turun-temurun. Penangkapan biasanya dilakukan saat malam hari ketika air sedang surut, terutama di lokasi seperti Pantai Kenjeran, Suro Madu, dan pesisir Sidoarjo. Kerang yang menempel pada substrat keras seperti batu, kayu, atau lumpur dikumpulkan dengan menggunakan alat sederhana berupa sabit kecil. Sabit ini digunakan untuk menarik serabut byssus (semacam benang perekat dari kerang) agar kerang dapat dilepas dan dikumpulkan dengan mudah ke dalam karung plastik.
Proses pengumpulan tidak hanya mengandalkan tenaga, tapi juga keterampilan dalam memilah kerang yang masih menempel erat dan membersihkan substratnya. Karena kerang kupang sering hidup bergerombol dan saling menempel, pengumpulan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga kualitas dan jumlah hasil tangkapan.
Pengolahan Awal di Sentra Kerang Kalijudan
Salah satu sentra pengolahan kerang kupang yang cukup terkenal terdapat di Kalijudan XII, Surabaya. Di kampung ini, hampir setiap rumah tangga terlibat dalam proses pengolahan kerang kupang, menjadikannya sebagai salah satu kegiatan ekonomi rumahan yang khas. Kerang hasil tangkapan biasanya direndam dalam wadah besar, lalu diproses secara manual menggunakan stik bambu. Kumpulan kerang yang masih diselimuti serabut dan lumpur dipilin berulang kali menggunakan stik, sehingga cangkang kerang terlepas dari substrat dan benang kokon (jaringan perekat).
Serabut dan lumpur yang terlepas dari kerang sering kali membentuk gumpalan hitam pekat dan berbau, yang oleh sebagian orang awam keliru disangka sebagai limbah atau kotoran manusia. Padahal, itu merupakan residu alami dari substrat laut dan jaringan byssus kerang.
Setelah dibersihkan, kerang-kerang tersebut dicuci berkali-kali dengan air bersih hingga cangkangnya benar-benar bersih dari lumpur dan serabut. Selanjutnya kerang direbus dalam panci besar sambil terus diaduk hingga cangkangnya terbuka dan daging kerang terlepas. Daging hasil rebusan kemudian dicuci ulang, disaring, dan siap dijual sebagai bahan baku olahan makanan khas seperti lontong kupang, yang menjadi salah satu ikon kuliner Jawa Timur.
Pemanfaatan Limbah Kerang Kupang
Proses pengolahan kerang kupang tidak hanya menghasilkan daging untuk konsumsi, tetapi juga limbah yang dapat dimanfaatkan kembali. Salah satu contoh adalah air rebusan dari cangkang kerang yang kaya akan sari kerang dan mineral. Air ini sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan kerupuk kerang—kerupuk berwarna kehijauan yang memiliki cita rasa khas dan gurih. Produk ini menjadi alternatif olahan kerang yang bernilai ekonomis.
Sementara itu, cangkang kerang yang telah direbus dan tidak digunakan lagi dimanfaatkan sebagai pakan tambahan untuk ternak, khususnya itik. Cangkang tersebut mengandung kalsium yang bermanfaat untuk pertumbuhan tulang dan pembentukan cangkang telur unggas. Dengan pemanfaatan yang menyeluruh, limbah dari kerang kupang dapat didaur ulang menjadi produk bernilai guna, sehingga mendukung praktik pengolahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Lontong Kupang: Kuliner Khas Surabaya
Salah satu hidangan ikonik dari hasil laut ini adalah lontong kupang, makanan khas Surabaya yang berbahan utama daging kerang kupang. Makanan ini disajikan bersama lontong, lentho (olahan singkong dan kacang), kuah petis, serta sambal dan perasan jeruk nipis. Cita rasanya gurih, asin, dan sedikit pedas, menjadikannya sangat digemari masyarakat Jawa Timur.
Meskipun kerang kupang juga ditemukan di beberapa wilayah lain seperti Gresik dan Probolinggo, namun keberadaan dan pengolahan masifnya paling dikenal di Surabaya dan Sidoarjo. Hal ini menjadikan lontong kupang tidak hanya sebagai sajian lokal, tetapi juga sebagai identitas kuliner khas pesisir timur Pulau Jawa. Keberadaannya turut mendukung ekonomi masyarakat pesisir, mulai dari nelayan hingga pelaku UMKM kuliner.
Referensi:
- http://id.wikipedia.org/wiki/Kupang_%28moluska%29
- http://www.biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/mTemplate.php?h=34&id_publikasi_jurnal=170
- http://www.infojajan.com/article/nutrisi-dan-manfaat-kerang
- http://www.eastjavatraveler.com/kupang-khas-dari-kraton-pasuruan/
Referensi Umum Update ChatGPT (30/04/05):
- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). (2022). Kerang Kupang: Potensi, Persebaran, dan Ancaman Invasif. Diakses dari: https://brin.go.id
- Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. (2021). Komoditas Perikanan Pesisir Timur Jawa Timur. Diakses dari: https://dkp.jatimprov.go.id
- Suprapto, E. (2020). Sentra Pengolahan Kupang di Kalijudan Surabaya. Kompasiana. Diakses dari: https://www.kompasiana.com
- Puslitbang Perikanan Tangkap KKP. (2023). Kupang dan Potensi Ekonomi Wilayah Pesisir. Diakses dari: https://kkp.go.id
- UNEP (United Nations Environment Programme). (2023). Invasive Bivalves: Global Distribution Maps. Diakses dari: https://www.unep.org
Pencarian:
- Cara membuat lontong kupang khas Surabaya
- Manfaat kesehatan dari daging kerang kupang
- Budidaya kerang kupang di perairan pesisir
- Perbedaan kerang kupang dan kerang hijau dalam kuliner
- Kerang kupang sebagai spesies invasif di Australia
- Proses pengolahan kerang kupang di Kalijudan Surabaya
- Kerang kupang sebagai bahan makanan laut kaya gizi
- Tempat pengolahan kerang kupang di Surabaya dan Sidoarjo
- Kerang kupang sebagai bahan baku kerupuk laut
- Habitat alami kerang kupang di perairan pesisir Indonesia
- Kerang kupang di kawasan pesisir Gresik dan Probolinggo
- Kerang kupang dan dampaknya terhadap ekosistem laut
- Sentra pengolahan kerang kupang di Surabaya dan Sidoarjo
- Kerang kupang sebagai pakan ternak itik dan unggas lainnya
- Keuntungan budidaya kerang kupang di daerah pesisir Indonesia
14 comments for "Mengenal Kerang Kupang: Kuliner, Habitat, dan Potensi Ekonomi Pesisir"
kerang itu juga dulu bnyak yg jual disini, tapi sekarang udah gak ada (-_-')
keren infonya :)
comeback :D
rpl-yes.blogspot.com