Udang Jerbung (Penaeus merguensis)

Udang jerbung, yang sebelumnya dikenal secara ilmiah sebagai Penaeus merguiensis de Man, merupakan salah satu jenis udang laut bernilai ekonomis tinggi. Di pasar lokal, udang ini kerap disajikan sebagai hidangan premium di restoran seafood dan ditawarkan dengan harga cukup mahal. Dalam perdagangan internasional, udang jerbung dikenal dengan berbagai nama dagang, seperti white prawn di Hongkong, banana prawn atau white shrimp di Australia, serta udang kaki merah di Malaysia. Di Indonesia sendiri, udang ini memiliki banyak sebutan daerah, antara lain: udang putih, udang perempuan, popet, kelong, pate, cucuk, pelak, dan masih banyak lagi, mencerminkan popularitas dan persebarannya yang luas.
Secara taksonomi, udang jerbung terdiri dari beberapa spesies yang memiliki kemiripan visual dan sulit dibedakan secara kasat mata, yaitu Fenneropenaeus indicus, F. chinensis, F. orientalis, dan F. merguiensis. Meskipun tergolong udang laut komersial yang sangat diminati, udang jerbung hingga kini belum banyak dibudidayakan secara intensif. Padahal, permintaan ekspor terhadap udang ini cukup tinggi dan menjanjikan. Berdasarkan survei lapangan, harga udang jerbung dengan ukuran ekspor (size 30) dapat mencapai Rp 80.000 per kilogram. Sayangnya, karena pasokan masih sangat bergantung pada tangkapan alam, harga udang ini cenderung fluktuatif dan sulit diprediksi.
Musim panen udang jerbung juga tidak merata sepanjang tahun. Pada periode Februari hingga Mei, keberadaannya sangat jarang ditemukan di alam, sehingga suplai menjadi terbatas. Kondisi ini menunjukkan adanya peluang besar untuk mengembangkan budidaya udang jerbung, sebagai alternatif maupun pelengkap budidaya udang windu (Penaeus monodon) dan vaname (Litopenaeus vannamei) yang lebih dulu populer. Mengingat potensi pasar yang besar dan harga jual yang tinggi, udang jerbung sangat layak untuk dijadikan kandidat utama dalam pengembangan usaha budidaya tambak di Indonesia.
Klasifikasi Ilmiah Udang Jerbung
Udang jerbung merupakan salah satu jenis udang laut bernilai ekonomi tinggi yang termasuk dalam kelompok udang penaeid. Secara ilmiah, udang ini diklasifikasikan ke dalam taksonomi sebagai berikut:
- Filum: Crustacea
- Kelas: Malacostraca
- Subkelas: Eucarida
- Ordo: Decapoda
- Subordo: Natantia
- Famili: Penaeidae
- Genus: Penaeus
- Spesies: Penaeus merguiensis (kini juga disebut Fenneropenaeus merguiensis)
Klasifikasi ini menunjukkan bahwa udang jerbung termasuk dalam kelompok udang berkaki sepuluh (decapoda) yang tubuhnya bersegmen dan tertutup oleh karapas keras. Famili Penaeidae mencakup jenis udang yang biasa dikonsumsi dan dibudidayakan secara komersial, seperti udang vaname dan udang windu. Keunikan spesies ini menjadikannya salah satu kandidat unggulan untuk budidaya laut maupun tambak, terutama karena cita rasa, warna tubuh yang menarik, dan nilai jual yang tinggi.
Morfologi Lengkap Udang Jerbung (Penaeus merguiensis)
Udang jerbung (Penaeus merguiensis) memiliki bentuk tubuh yang khas dan proporsional, terdiri dari dua bagian utama yaitu kepala-dada (cephalothorax) dan perut (abdomen). Tubuhnya memanjang dan silindris, dilindungi oleh cangkang keras (eksoskeleton) yang berfungsi sebagai pelindung organ dalam sekaligus penopang tubuh. Panjang tubuh udang jerbung dewasa dapat mencapai 20–25 cm untuk betina dan 16–22 cm untuk jantan. Karakteristik utama yang membedakan spesies ini dari udang lainnya adalah warna tubuhnya yang putih keperakan atau kekuningan dengan rona transparan, serta adanya semburat merah muda hingga kemerahan di bagian ujung ekor dan kaki, yang menjadikannya mudah dikenali di antara spesies udang lain. Warna antena dan antennula yang kemerahan atau bergaris merah tua juga menjadi salah satu ciri visual yang menonjol.
Pada bagian kepala, udang jerbung memiliki rostrum atau moncong yang runcing dan bergerigi. Umumnya terdapat 5 hingga 8 gigi di sisi atas rostrum dan 2 hingga 5 gigi di bagian bawah. Karapas atau cangkang kepala tidak memiliki tonjolan (carina) yang mencolok di bagian gastro-orbital, berbeda dengan beberapa spesies lain seperti udang windu yang memiliki tonjolan cukup tegas. Mata udang jerbung berbentuk bulat dan hitam, terdiri dari mata majemuk yang sangat sensitif terhadap cahaya dan pergerakan. Antena dan antennula yang panjang berfungsi sebagai alat sensorik yang sangat peka, berguna untuk mendeteksi mangsa, predator, serta medan lingkungan sekitar.
Kaki udang jerbung terdiri dari lima pasang kaki jalan (periopoda) dan lima pasang kaki renang (pleopoda). Kaki pertamanya memiliki duri ischial, sedangkan kaki kelima memiliki eksopod yang menyerupai dayung kecil. Pleopoda pada bagian perut digunakan untuk berenang dan menjaga keseimbangan saat bergerak di air, dan pada betina juga berfungsi membawa telur saat masa pemijahan. Bagian abdomen terdiri dari enam ruas atau segmen yang fleksibel dan memungkinkan udang untuk melengkung dan melompat mundur dengan cepat sebagai mekanisme pertahanan diri. Di ruas kelima biasanya terdapat satu lekukan cicatrice, dan tiga pada ruas keenam. Bagian ekor atau telson berbentuk runcing tanpa duri di ujungnya, yang menjadi ciri pembeda dari spesies udang penaeid lainnya. Morfologi yang khas ini menjadikan udang jerbung tidak hanya mudah dikenali tetapi juga sangat adaptif terhadap lingkungan perairan laut dan payau, mendukungnya sebagai kandidat unggulan dalam industri perikanan dan budidaya modern.
Sebaran dan Habitat Udang Jerbung
Udang jerbung (Penaeus merguiensis) merupakan salah satu komoditas perikanan penting yang tersebar luas di perairan tropis dan subtropis, termasuk hampir seluruh wilayah Indonesia. Spesies ini ditemukan dari pantai barat Sumatra, pesisir Kalimantan, hingga ke wilayah timur seperti Papua dan Maluku. Karena sebarannya yang luas dan kemampuannya beradaptasi dengan berbagai kondisi perairan, udang jerbung telah menjadi salah satu jenis udang yang paling sering ditangkap oleh nelayan lokal maupun industri perikanan skala besar.
Udang jerbung termasuk hewan bentik, yaitu organisme yang hidup di dasar perairan. Habitat utamanya adalah perairan pantai yang dangkal, terutama di daerah yang berlumpur-lempung atau berpasir. Mereka sering ditemukan di perairan estuari, teluk, atau muara sungai yang memiliki substrat lunak dan kandungan nutrisi tinggi. Kondisi tersebut menyediakan tempat yang ideal untuk mencari makan dan bertelur. Perairan yang menerima aliran sungai besar sangat mendukung pertumbuhan plankton dan mikroorganisme yang menjadi sumber pakan utama udang.
Selain di perairan dangkal, udang jerbung juga dapat ditemukan di laut lepas dengan kedalaman antara 8 hingga 40 meter, bahkan hingga 60–80 mil dari garis pantai. Namun, populasi terbanyak umumnya berada di daerah yang lebih dangkal dan produktif secara biologis. Mereka cenderung beraktivitas lebih aktif pada malam hari, mencari makan di dasar perairan sambil bersembunyi di siang hari dari predator. Sifat mobilitasnya yang tinggi membuat udang ini menyebar luas secara alami, tetapi juga rawan terhadap tekanan penangkapan berlebihan jika tidak diimbangi dengan upaya budidaya.
Daur Hidup dan Perkembangan Larva
Siklus hidup udang jerbung melibatkan dua jenis ekosistem utama, yaitu perairan laut dan estuari. Proses pemijahan atau pelepasan telur terjadi di laut terbuka, khususnya di wilayah yang memiliki kondisi perairan jernih dan stabil. Udang dewasa akan bermigrasi ke laut untuk melakukan perkawinan dan bertelur, dengan puncak musim kawin biasanya terjadi pada bulan Maret hingga Desember tergantung lokasi geografis. Proses pemijahan dilakukan pada malam hari, di mana betina akan melepaskan telur-telurnya ke dasar laut.
Telur udang jerbung berukuran sangat kecil dan akan menetas sekitar 12 jam setelah pembuahan. Larva yang baru menetas disebut nauplius, yang hidup secara planktonik dan tidak memerlukan makanan pada tahap ini karena masih mengandalkan cadangan kuning telur. Selanjutnya, nauplius akan mengalami metamorfosis menjadi zoea, dan kemudian berubah lagi menjadi mysis, sebelum mencapai tahap post-larva. Di setiap tahap, larva akan mengalami pergantian kulit (molting) untuk tumbuh dan berkembang.
Pada tahap post-larva, udang akan mulai mencari habitat di wilayah estuari atau perairan payau. Daerah ini memberikan tempat perlindungan dan sumber makanan melimpah bagi udang muda. Setelah mencapai ukuran tertentu dan usia sekitar 3–6 bulan, udang akan bermigrasi kembali ke laut untuk tumbuh menjadi dewasa. Daur hidup ini berlangsung cepat dan efisien, tetapi sangat tergantung pada kualitas lingkungan. Oleh karena itu, perubahan ekosistem, seperti pencemaran dan reklamasi pantai, dapat mengganggu kelangsungan hidup udang jerbung di alam.
Reproduksi dan Ciri Seksual Udang Jerbung
Udang jerbung bersifat heteroseksual, artinya jantan dan betina terpisah secara morfologi. Perbedaan jenis kelamin dapat diamati secara eksternal setelah udang melewati fase post-larva. Alat kelamin jantan disebut petasma, terletak di antara kaki renang pertama dari pasang kelima, berbentuk seperti jepitan yang berfungsi dalam proses perkawinan. Sementara itu, betina memiliki alat kelamin yang disebut thelycum, berada di antara kaki jalan keempat dan kelima. Perbedaan bentuk ini menjadi penting dalam memilih indukan saat budidaya.
Udang jerbung memperlihatkan dimorfisme seksual, di mana betina biasanya berukuran lebih besar dibanding jantan pada usia yang sama. Hal ini berkaitan erat dengan kapasitas reproduksi, karena udang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah besar. Satu ekor betina dewasa bisa memproduksi hingga 700.000 hingga 1 juta telur dalam satu siklus pemijahan. Oleh karena itu, pemilihan indukan betina dengan ukuran besar dan kondisi gonad matang menjadi faktor krusial dalam usaha pembenihan.
Tingkat kematangan gonad udang betina dibagi menjadi lima tahap: dara (quiescent), berkembang (developing), hampir matang (nearly ripe), matang (ripe), dan habis bertelur (spent). Ovarium yang masih muda berwarna bening atau putih keabu-abuan, dan akan berubah menjadi hijau tua saat matang. Udang jerbung umumnya hanya berkembang biak sekali selama hidupnya dan kemudian mati, menjadikannya hewan dengan strategi reproduksi semelparous. Siklus hidup yang singkat ini mempertegas pentingnya pengelolaan populasi dan pengembangan budidaya berkelanjutan.
Proses Pertumbuhan Udang Jerbung
Pertumbuhan udang jerbung mengikuti pola yang khas bagi kelompok krustasea, yaitu melalui proses molting atau pergantian kulit. Dalam proses ini, udang melepaskan eksoskeleton lamanya, kemudian menyerap air dalam jumlah besar sehingga tubuhnya membesar. Setelah itu, eksoskeleton baru akan terbentuk dan mengeras secara bertahap, sementara air yang terserap akan perlahan digantikan oleh jaringan tubuh yang baru. Proses molting ini tidak hanya menandai pertumbuhan panjang tubuh, tetapi juga menjadi indikator kesehatan udang dan kesiapan untuk melanjutkan siklus hidup berikutnya.
Siklus pertumbuhan udang jerbung diawali sejak tahap nauplius, yaitu larva pertama hasil penetasan telur. Pada tahap ini, panjangnya sekitar 1 mm dan hidup di dasar laut dengan salinitas sekitar 35 ppt. Dalam kurun waktu 36–48 jam, nauplius akan bermetamorfosis menjadi protozoea yang berukuran sekitar 3 mm. Stadium protozoea berlangsung selama 7 hari, bersifat planktonik, dan mulai bergerak ke arah permukaan laut, terbawa oleh arus menuju perairan pantai. Setelah itu, larva memasuki tahap mysis dengan panjang 4–10 mm dan bertahan selama 7 hari berikutnya, tetap bersifat planktonik namun mulai menunjukkan pergerakan yang lebih aktif.
Tahap berikutnya adalah post-larva, yang merupakan hasil perubahan dari mysis, dengan ukuran 1–2 cm. Setelah satu bulan, udang memasuki fase juvenil (yuwana) dengan panjang tubuh antara 2–10 cm, dan umumnya ditemukan di wilayah muara sungai atau perairan payau. Fase ini berlangsung selama 3–4 bulan, di mana udang akan terus tumbuh hingga mencapai fase dewasa di perairan laut. Udang dewasa dapat memiliki panjang 10–24 cm dalam waktu sekitar 8 bulan. Kemampuan adaptasi dari laut ke muara dan kembali lagi ke laut menunjukkan fleksibilitas ekologi udang jerbung, menjadikannya sangat potensial untuk pengembangan budidaya yang berkelanjutan.
Penutup
Udang jerbung (Penaeus merguiensis) merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, baik dari sisi ekonomi maupun ekologi. Dengan sebaran luas di perairan tropis, siklus hidup yang efisien, serta kandungan gizi yang tinggi, udang ini sangat layak menjadi alternatif andalan selain udang windu dan udang vaname. Kebutuhan pasar domestik maupun internasional terhadap udang jerbung terus meningkat, namun ketersediaan dari alam yang fluktuatif membuat budidaya menjadi langkah penting dan strategis.
Melalui pemahaman yang mendalam tentang klasifikasi, morfologi, habitat, siklus hidup, hingga aspek reproduksi dan pertumbuhan, diharapkan pembudidaya dan pelaku usaha perikanan dapat menyusun strategi budidaya yang tepat dan berkelanjutan. Investasi dalam teknologi pembenihan, manajemen pakan, serta pengelolaan lingkungan tambak akan menjadi kunci kesuksesan budidaya udang jerbung di masa mendatang.
Referensi :
https://docplayer.info/37588859-Tinjauan-pustaka-sistematika-dan-biologi-udang-jerbung.html
http://www.catatandokterikan.com/2018/03/profil-udang-jerbung.html
https://www.antaranews.com/berita/520402/udang-jerbung-primadona-nelayan-lampung-timur
https://www-perikanan-info.blogspot.com/2016/06/mengenal-jenis-udang-jerbung.html
Gambar: Google Pictures
Update: Chat GPT Open Ai (15/06/2025)
Pencarian:
- cara budidaya udang jerbung di tambak air payau
- teknik pemijahan penaeus merguiensis di laut lepas
- manfaat gizi udang jerbung untuk kesehatan manusia
- harga udang jerbung per kg terbaru indonesia
- budidaya udang jerbung versus vaname keuntungan
- strategi pemasaran udang jerbung ekspor
- analisis kandungan protein udang jerbung segar
- pakan alami terbaik untuk percepatan pertumbuhan udang jerbung
- penyakit umum pada budidaya udang jerbung dan solusinya
- lama panen udang jerbung tambak intensif
- estimasi biaya budidaya udang jerbung skala usaha kecil
- cara membedakan udang jerbung jantan betina
- musim tangkapan terbaik udang jerbung di sumatera
- parameter kualitas air optimal untuk budidaya udang jerbung
- kelebihan dan kekurangan budidaya udang jerbung alami
Post a Comment for "Udang Jerbung (Penaeus merguensis)"
Post a Comment